Minggu, 02 Agustus 2015

KETERAMPILAN BIMBINGAN DAN KONSELING



Acceptance (Penerimaan)

            Sebuah proses konseling akan dapat berjalan dengan baik, ketika ada penerimaan (acceptance). Sikap Acceptance mengacu pada sikap dasar dan sekaligus teknik komunikasi interview konseling, pada tataran afeksi digunakan untuk menunjuk pada sikap dasar konselor untuk menerima keadaan konseli tanpa syarat, tanpa penilaian, tanpa kritik namun buka berarti menyetujui dan bukan pula berarti tidak menyetujui.

            Pada tataran perilaku, penerimaan menunjuk pada teknik verbal dan nonverbal (misalnya: anggukan, senyuman, postur, dan gestur) yang mengekspresikan minat konselor pada konseli, dan dalam memahami apa pesan yang dikomunikasikan oleh konseli.

Contoh teknik verbal penerimaan konselor :
“Saya siap mendengarkan cerita anda”

Contoh teknik non verbal penerimaan konselor :
Dengan menganggukkan kepala, diikuti ucapan “ehem...”,” ya...”, “lalu...”

Kegiatan keterampilan penerimaan ini bertujuan agar konselor dapat menunjukkan sikap menerima konseli apa adanya.



Listening (Mendengarkan)

Bagian terpenting dalam proses konseling adalah komunikasi. Kegiatan komunikasi terdiri atas dua hal yaitu mendengarkan dan berbicara. Mendengarkan adalah kegiatan yang boleh dikatakan sepertinya tergolong mudah, akan tetapi pada dasarnya kegiatan mendengarkan ini tingkat kesulitannya lebih tinggi bila dibandingkan dengan  berbicara. Mendengarkan adalah suatu proses yang sangat aktif untuk merespon pada keseluruhan pesan. Mendengarkan merupakan prasyarat bagi konselor untuk dapat memberikan respon atau strategi yang tepat dalam suatu proses konseling. Kesalahan besar yang akan terjadi ketika konselor tidak dapat menjadi pendengar yang tepat antara lain adalah sebagai berikut konseli tidak akan dapat melakukan eksplorasi diri, masalah yang dibicarakan tidak tepat, dan pemilihan strategi konseling yang tidak sesuai.

Proses mendengarkan dapat distrukturisasi dengan melihat kemampuan mengingat kita secara harfiah terhadap ekspresi seseorang. Memperhatikan ekspresi-ekspresi ini akan mempermudah dalam mencoba mengulang pesan yang telah didengar konselor. Proses pemberian bantuan secara verbal bergantung pada kemampuan kita untuk memperhatikan serta pengolahan terhadap isi dan perasaan dari ekspresi konseli.

Cormier & Cormier (1985), ada tiga proses dalam mendengarkan, yaitu penerimaan pesan, pengolahan pesan, dan penyampaian pesan. Setiap pesan dari konseli baik verbal maupun non verbal, merupakan stimulus yang akan diterima dan diproses konselor. Proses mendengarkan dapat digambarkan sebagai berikut.




            Penangkapan pesan konseli merupakan proses yang tersembunyi, karena tidak dapat melihat bagaimana dan apa yang diterima konselor. Penerimaan pesan ini akan mengalami kegagalan ketika konselor kurang terampil dalam melakukan attending. Pengolahan pesan prosesnya terjadi tergantung pada kognisi konselor, dan proses terakhir yaitu penyampaian pesan merupakan proses yang tampak karena bisa diamati secara langsung.

            Mendengar merupakan salah satu bagian dari respon. Respon mendengarkan menurut Cormier & Cormier (1985) terdiri atas klarifikasi, parafrase, refleksi, dan rangkuman. Berikut penjelasan secara terperinci.

1.    Klarifikasi
Klarifikasi adalah pertanyaan yang diajukan ketika terdapat pesan dari konseli yang tidak jelas. Klarifikasi bertujuan untuk mendorong elaborasi konseli, memeriksa ketepatan mendengarkan perkataan konseli, dan memberi kejelasan pada pesan-pesan yang masih membingungkan.
    Contoh kalimat klarifikasi.
    “Apakah yang anda maksud?”
    “ Apakah anda mengatakan bahwa....” (dilanjutkan dengan menyatakan kembali  pesan   
       Konseli”

2.    Parafrase
Parafrase adalah pernyataan yang menyatakan kembali konten atau isi dari pesan yang disampaikan konseli. Parafrase ini sangat dibutuhkan karena akan mempermudah konselor untuk memahami ide, perasaan dan menangkap pesan utama dari konseli, dimana hal ini dilakukan dengan konselor menyatakan kembali pesan konseli secara sederhana dan mudah dipahami oleh konseli. Parafrase bertujuan untuk mengatakan kembali kepada konseli bahwa konselor ada bersama dirinya, dan berusaha untuk memahami apa yang dikatakan konseli, mengendapkan apa yang dikatakan konseli dalam bentuk yang ringkas, memberi arah wawancara konseling, dan pengecekan kembali persepsi konselor tentang apa yang dikemukakan konseli. Parafrase yang baik menyatakan  kembali pesan utama secara sama dengan kalimat yang mudah dan sederhana. 

Parafrase yang baik ditandai oleh suatu kalimat awal yaitu “ adakah”, dan “nampaknya”.
    Contoh kalimat parafrase :
    Contoh 1
    Konseli   : “Biasanya dia selalu senang dengan saya, namun tiba-tiba dia memusuhi saya”
    Konselor :  “ Adakah yang anda katakan bahwa perilakunya tidak konsisten?”
   Contoh 2
   Konseli : “Itu suatu pekerjaan yang baik, akan tetapi saya tidak mengambilnya. Saya tidak   
                    tahu mengapa?”
   Konselor : “ Nampaknya anda masih ragu.”





Tidak ada komentar:

Posting Komentar