Acceptance
(Penerimaan)
Sebuah proses
konseling akan dapat berjalan dengan baik, ketika ada penerimaan (acceptance).
Sikap Acceptance mengacu pada sikap dasar dan sekaligus teknik komunikasi
interview konseling, pada tataran afeksi digunakan untuk menunjuk pada sikap
dasar konselor untuk menerima keadaan konseli tanpa syarat, tanpa penilaian,
tanpa kritik namun buka berarti menyetujui dan bukan pula berarti tidak
menyetujui.
Pada tataran perilaku, penerimaan menunjuk pada teknik
verbal dan nonverbal (misalnya: anggukan, senyuman, postur, dan gestur) yang
mengekspresikan minat konselor pada konseli, dan dalam memahami apa pesan yang
dikomunikasikan oleh konseli.
Contoh teknik verbal
penerimaan konselor :
“Saya siap mendengarkan
cerita anda”
Contoh teknik non
verbal penerimaan konselor :
Dengan menganggukkan
kepala, diikuti ucapan “ehem...”,” ya...”, “lalu...”
Kegiatan
keterampilan penerimaan ini bertujuan agar konselor dapat menunjukkan sikap
menerima konseli apa adanya.
Listening (Mendengarkan)
Bagian
terpenting dalam proses konseling adalah komunikasi. Kegiatan komunikasi
terdiri atas dua hal yaitu mendengarkan dan berbicara. Mendengarkan adalah
kegiatan yang boleh dikatakan sepertinya tergolong mudah, akan tetapi pada
dasarnya kegiatan mendengarkan ini tingkat kesulitannya lebih tinggi bila
dibandingkan dengan berbicara.
Mendengarkan adalah suatu proses yang sangat aktif untuk merespon pada
keseluruhan pesan. Mendengarkan merupakan prasyarat bagi konselor untuk dapat
memberikan respon atau strategi yang tepat dalam suatu proses konseling.
Kesalahan besar yang akan terjadi ketika konselor tidak dapat menjadi pendengar
yang tepat antara lain adalah sebagai berikut konseli tidak akan dapat
melakukan eksplorasi diri, masalah yang dibicarakan tidak tepat, dan pemilihan
strategi konseling yang tidak sesuai.
Proses
mendengarkan dapat distrukturisasi dengan melihat kemampuan mengingat kita
secara harfiah terhadap ekspresi seseorang. Memperhatikan ekspresi-ekspresi ini
akan mempermudah dalam mencoba mengulang pesan yang telah didengar konselor.
Proses pemberian bantuan secara verbal bergantung pada kemampuan kita untuk
memperhatikan serta pengolahan terhadap isi dan perasaan dari ekspresi konseli.
Cormier
& Cormier (1985), ada tiga proses dalam mendengarkan, yaitu penerimaan
pesan, pengolahan pesan, dan penyampaian pesan. Setiap pesan dari konseli baik
verbal maupun non verbal, merupakan stimulus yang akan diterima dan diproses
konselor. Proses mendengarkan dapat digambarkan sebagai berikut.
Penangkapan pesan konseli merupakan proses yang
tersembunyi, karena tidak dapat melihat bagaimana dan apa yang diterima
konselor. Penerimaan pesan ini akan mengalami kegagalan ketika konselor kurang
terampil dalam melakukan attending. Pengolahan pesan prosesnya terjadi tergantung
pada kognisi konselor, dan proses terakhir yaitu penyampaian pesan merupakan
proses yang tampak karena bisa diamati secara langsung.
Mendengar merupakan salah satu bagian dari respon. Respon
mendengarkan menurut Cormier & Cormier (1985) terdiri atas klarifikasi,
parafrase, refleksi, dan rangkuman. Berikut penjelasan secara terperinci.
1.
Klarifikasi
Klarifikasi
adalah pertanyaan yang diajukan ketika terdapat pesan dari konseli yang tidak
jelas. Klarifikasi bertujuan untuk mendorong elaborasi konseli, memeriksa
ketepatan mendengarkan perkataan konseli, dan memberi kejelasan pada
pesan-pesan yang masih membingungkan.
Contoh kalimat klarifikasi.
“Apakah yang anda maksud?”
“ Apakah anda mengatakan bahwa....”
(dilanjutkan dengan menyatakan kembali
pesan
Konseli”
2.
Parafrase
Parafrase
adalah pernyataan yang menyatakan kembali konten atau isi dari pesan yang
disampaikan konseli. Parafrase ini sangat dibutuhkan karena akan mempermudah
konselor untuk memahami ide, perasaan dan menangkap pesan utama dari konseli,
dimana hal ini dilakukan dengan konselor menyatakan kembali pesan konseli
secara sederhana dan mudah dipahami oleh konseli. Parafrase bertujuan untuk
mengatakan kembali kepada konseli bahwa konselor ada bersama dirinya, dan
berusaha untuk memahami apa yang dikatakan konseli, mengendapkan apa yang
dikatakan konseli dalam bentuk yang ringkas, memberi arah wawancara konseling,
dan pengecekan kembali persepsi konselor tentang apa yang dikemukakan konseli.
Parafrase yang baik menyatakan kembali
pesan utama secara sama dengan kalimat yang mudah dan sederhana.
Parafrase yang
baik ditandai oleh suatu kalimat awal yaitu “ adakah”, dan “nampaknya”.
Contoh kalimat parafrase :
Contoh 1
Konseli
: “Biasanya dia selalu senang dengan saya, namun tiba-tiba dia memusuhi
saya”
Konselor :
“ Adakah yang anda katakan bahwa perilakunya tidak konsisten?”
Contoh 2
Konseli : “Itu suatu pekerjaan yang baik,
akan tetapi saya tidak mengambilnya. Saya tidak
tahu mengapa?”
Konselor : “ Nampaknya anda masih ragu.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar